Jumat, 13 November 2009

Kearifan Nabi Yusuf

Kisah Nabi Yusuf dinarasikan begitu apik dalam al-Quran dan disebut sebagai kisah yang paling indah (ahsan al-qashash). Pejalanan hidupnya digambarkan begitu dramatis dan sarat dengan ajaran moral. Walau akhirnya diangkat menjadi menteri, Nabi Yusuf mengalami cobaan hidup yang sangat berat sebelumnya. Ia pernah dibuang, dijadikan budak, dan masuk penjara. Inilah perbedaan Nabi Yusuf dibanding sebagian pejabat Indonesia saat ini. Nabi Yusuf jadi pejabat setelah masuk penjara (mengalami penderitaan), sementara sebagian pejabat diseret ke penjara setelah melepas jabatan.

Ada pelajaran penting yang dapat dipetik dari kearifan Nabi Yusuf. Ia diangkat jadi menteri (ekonomi) setelah berhasil memberikan solusi manajerial dalam menghadapi situasi krisis di jamannya. Dalam al-Quran dijelaskan, "Dia (Yusuf) berkata, 'Hendaknya kalian tetap bercocok-tanam selama tujuh tahun seperti biasa. Kemudian kalian boleh menuai hasilnya tapi sisakan sebagian. Makanlah sedikit saja (jangan kalian habiskan semua)'". (QS. 12: 47).

Berkat saran Nabi Yusuf ini bangsa Mesir mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi yang cukup panjang. Solusi efektif ini tidak mungkin muncul dari orang yang tidak cerdas, jujur, dan memiliki komitmen pada masyarakat. Dalam konteks kekinian, saran itu dapat diterjemahkan sebagai ajakan untuk tidak terjerumus pada pola hidup materialistik-hedonis. Pola hidup seperti inilah yang mendorong orang melakukan tindak korupsi, manipulasi, pungli, dan suap yang menghabiskan uang negara dalam jumlah yang tidak sedikit.

Dalam menghadapi krisis global saat ini, para pemimpin (atau calon pemimpin) harus menyiapkan solusi manajerial yang efektif bagi bangsa. Bukan sekadar bertahan, tapi harus mampu membawa bangsa ini menjadi lebih maju di masa depan. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat, kejujuran, kecerdasan, dan kehendak bekerja keras untuk kemaslahatan bangsa.

Kita tidak membutuhkan slogan-slogan kosong yang tidak dapat diimplementasikan dengan baik dan bertanggung jawab. Masalah yang dihadapi oleh bangsa ini sangat berat untuk dapat berdiri tegak di hadapan bangsa lain. Berderet kasus harus diselesaikan berdasarkan perhitungan rasional dan transparan. Korupsi, kemiskinan, dan kebodohan adalah jejeran masalah yang harus diselesaikan agar bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat dan mandiri.

Yang kita butuhkan adalah sosok manajer seperti Nabi Yusuf. Pemimpin berkarakter seperti inilah yang akan membawa bangsa Indonesia ke arah kemajuan di segala bidang. Semua kebijakan yang diambil oleh pemimpin harus bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Sekadar mengukur komitmen para pemimpin terhadap kemaslahatan bangsa, pantas rasanya kita menghayati ucapan Khalifah Umar bin Khatab, "Jika ada kuda tergelincir di Irak, akulah yang bertanggung jawab!"

Bangsa yang beruntung adalah bangsa yang mampu meningkatkan taraf hidupnya. Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jika sebaliknya, maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang merugi atau bahkan bangkrut. (Taufik Damas).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar