Jumat, 13 November 2009

Kebenaran Pasti Menang!

Pernahkah Anda mendengar nama Umarah ibn al-Walid ibn al-Mughirah? Pada masa awal Islam ada kisah unik yang berhubungan dengan Umarah ibn al-Walid ibn al-Mughirah. Umarah digambarkan sebagai seorang pemuda yang tampan, menarik, dan lebih muda dari Rasulullah Saw. Atas dasar inilah orang-orang kafir Qurays memilihnya untuk ditukar dengan Rasulullah (rajulun bi rajulin).

Setelah orang-orang Qurays benar-benar merasa benci pada dakwah Rasulullah, mereka melakukan berbagai cara untuk menghentikan dakwahnya. Rayuan, pendustaan, pelecehan, dan penyiksaan telah mereka lakukan untuk membungkam Rasulullah. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah mendekati Abu Thalib, paman Rasulullah.

Mereka datang kepada Abu Thalib dan menawarkan solusi lucu kepadanya. Mereka mengajak Abu Thalib menukar Rasulullah dengan Umarah. Mereka menyerahkan Umarah kepada Abu Thalib dan Abu Thalib menyerahkan Rasulullah kepada mereka. Mereka mengharapkan Abu Thalib mengangkat Umarah menjadi anaknya sebagai ganti Rasulullah yang ia cintai. Dan, mereka menerima Rasulullah untuk kemudian mereka bunuh.

Mendengar tawaran mereka, Abu Thalib terkejut keheranan. Bagaimana mungkin mereka berpikir mengajukan tawaran sebodoh itu?! Dan jelas, dengan lantang Abu Thalib menolak tawaran mereka. "Tidak mungkin aku menyerahkan Muhammad untuk kalian bunuh, sementara kalian menyerahkan Umarah ibn al-Walid ibn al-Mughirah untuk aku jadikan anak!" demikian sikap Abu Thalib terhadap tawaran mereka. Salah satu tokoh Qurays yang ikut mengajukan tawaran ini adalah al-Walid ibn al-Mughirah yang tidak lain adalah ayah kandung Umarah sendiri.

Berkenaan dengan tawaran bodoh ini, dan kejahatan-kejahatan kafir Qurays lainnya, Allah menurunkan wahyu yang mengecam mereka, terutama al-Walid ibn al-Mughirah: QS. Al-Mudatstsir (74): 11-30.

Kita mungkin bertanya, mengapa orang-orang kafir Qurays sampai berpikir membuat tawaran sebodoh itu? Apakah mereka membayangkan bahwa Abu Thalib, paman Rasulullah, akan menerima tawaran itu karena ia masih setia pada agama lamanya seperti mereka? Atau, apakah mereka berpikir Abu Thalib akan menerimanya karena ia akan mendapatkan Umarah ibn al-Walid ibn al-Mughirah yang tampan dan lebih muda dari Rasulullah? Bisa jadi demikianlah pertimbangan mereka. Mereka tidak menyangka, walau Abu Thalib bukan pengikut Rasulullah, ia tetap setia pada akal sehatnya.

Apapun pertimbangan mereka, tawaran itu adalah bukti kebodohan dan kepanikan di hadapan sesuatu yang tidak dapat mereka bendung (kebenaran). Membenci sesuatu yang salah tentu masuk akal. Sebaliknya, kebencian terhadap kebenaran melahirkan sikap panik dan menyedihkan dari pelakunya. Apapun akan ia lakukan dalam rangka berusaha meredam kebenaran.

Kadangkala sikap panik itu mendorong orang melakukan tindakan destruktif yang merugikan orang-orang di sekitarnya. Harapan mendapatkan keuntungan, yang datang justru kerugian. Inilah yang dialami oleh orang-orang kafir Qurays ketika mereka menentang kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah. Siapa pun yang menentang kebenaran pasti akan kalah dan menjadi pesakitan. (Taufik Damas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar