Jumat, 13 November 2009

Sukses Lahir dan Batin

Sukse Lahir dan Batin

Suatu hari Rasulullah masuk masjid dan menemukan Abu Umamah. Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa kau ada di sini, padahal sekarang bukan waktu shalat?”
Abu Umamah menjawab, “Aku sedang sedih dan gundah karena banyak utang”.
Rasulullah, “Maukah aku ajarkan kalimat (doa): jika kau ucapkan, Allah akan menghapuskan kesedihan dan melunasi utang-utangmu?”
Abu Umamah, “Tentu, wahai Rasulullah”.
Rasululllah, “Setiap pagi dan sore, ucapkanlah, ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perasan sedih dan gundah, dari sikap lemah dan malas, dari sikap pengecut dan bakhil, serta dari lilitan utang dan tekanan orang lain (semacam debt collector).’”

Abu Umamah berkata, “Aku lantas melakukan apa yang diajarkan Rasulullah, dan Allah menghapus kesedihan dan kegundahanku serta melunasi utang-utangku.” (HR. Abu Daud)

Dalam hadis ini kita menemukan sesuatu yang sangat rasional dan relevan bagi kehidupan. Abu Umamah diajarkan untuk memohon perlindungan dari kesedihan dan kegudahan (psikologis), dari kelemahan dan kemalasan (mental), dari sifat pengecut dan bakhil (sikap sosial), serta dari lilitan utang dan tekanan orang lain (sosial-politik).

Dalam teori motivasi apa pun, yang menjadi sasaran pertama dan utama untuk diperbaiki dalam rangka mengubah kondisi sosial seseorang atau satu masyarakat adalah sesuatu yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan.

Sedih dan gundah adalah kondisi kejiwaan negatif yang menjadi penghalang orang untuk bangkit melawan mental yang lemah dan malas. Orang yang sedang sedih dan gundah pasti memiliki sikap mental yang lemah dan malas. Sebaliknya, hati yang ceria akan mendorong orang untuk menjadi bermental kuat dan semangat.

Ketika suasana jiwa sudah ceria, mental menguat dan semangat, di hadapan kita ada lagi dinding penghalang menuju kebangkitan, yaitu sikap pengecut dan bakhil. Banyak orang sukses dalam bisnis karena ia berani melawan sikap pengecut. Sebaliknya, karena sikap pengecut orang menjadi kehilangan kesempatan baik yang ada di hadapannya. Ia menjadi sosok peragu yang tidak pernah menghasilkan apa-apa. Melawan sikap pengecut bukan berarti harus bertindak atau mengambil keputusan tanpa pertimbangan obyektif. Justru, sikap pengecut itu adalah ketidakberanian dalam bertindak, menentukan sikap, dan mengambil keputusan di hadapan data-data obyektif yang mengharuskan seseorang segera bertindak, menentukan sikap, dan mengambil keputusan.


Utang adalah hal biasa dalam hidup. Hampir tidak ada bisnis tanpa utang. Orang bahkan berlomba mengutang untuk membangun sebuah bisnis. Tetapi utang harus rasional. Hari ini Anda berutang, dalam jangka waktu tertentu Anda harus mampu mengembalikan utang itu kepada pemiliknya.
Yang diajarkan oleh Nabi kepada Abu Umamah adalah berlindung dari lilitan utang (ghalabah al-dayn). Lilitan utang adalah utang yang tidak rasional. Utang yang lebih besar dari kemampuan seseorang atau sebuah perusahaan untuk mengembalikannya. Ketika utang lebih besar dari kemampuan, maka utang itu akan melilit.
Kesimpulannya, hadis di atas mengajarkan kepada kita bahwa syarat kesuksesan adalah jiwa yang ceria, mental yang kuat dan semangat, sikap berani dan murah hati, serta bebas dari lilitan utang dan tekanan orang lain. Saya tidak menyalahkan siapa pun memahami hadis di atas dengan pemahaman yang tidak sejalan dengan apa yang telah saya paparkan. Bisa jadi ada orang yang memahami hadis di atas laksana “mantra-mantra” untuk membebaskan diri dari lilitan utang. Jika itu diyakini, bukan tidak mungkin ia akan terbebas dari lilitan utang. Namun harus tetap diakui bahwa prosesnya tetap rasional, bukan dengan peroses simsalabim. Dalam psikologi ada terma yang menjelaskan hal ini secara rasional. Terma itu disebut dengan “efek placebo”: karena Anda yakin bahwa sesuatu akan mempengaruhi sesuatu yang lain, maka terjadilah apa yang Anda yakini. (Taufik Damas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar