Minggu, 17 Januari 2010

Mendukung Rizal Ramli

Oleh: Taufik Damas

Rizal Ramli, seorang ekonom pendirikan Econit Advasory Group, memiliki pandangan ekonomi yang sangat kritis terhadap pemerintah. Secara keilmuan, penguasaan Rizal terhadap teori-teori ekonomi tidak mungkin diragukan. Secara praktis pun ia pernah terjun langsung sebagai pejabat penting di negara ini, baik sebagai Kepala Bulog atau Menteri Koordiator Perekonomian pada masa pemerintahan Gus Dur.

Ketika menjabat sebagai Kepala Bulog, Rizal mengeluarkan kebijakan yang membuat pejabat di Bulog geram. Dengan dukungan berbagai pihak, kebijakan Rizal tetap dijalankan dan terbukti sangat efektif. Salah satu efektifitas kebijakannya adalah menutup beberapa nomor rekening liar yang ada di sekitar Bulog.

Ketika Rizal menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekomian, hal yang sama pun dilakukan. Ia pernah membuat kebijakan menyelamatkan PLN dari kebangkrutan. Pada masanya, banyak aset PLN yang belum direvaluasi selama belasan tahun. Lagi-lagi kebijakan Rizal mendapat penolakan dari direksi PLN dengan alasan tidak dapat membayar pajak revaluasi aset PLN. Namun Rizal bergeming. Ia terus memerintahkan kebijakan revaluasi aset dengan komitmen akan mengurus soal pajak ke Departemen Keuangan.

Di kemudian hari kebijakan revalusi aset ini menghasilkan nilai positif yang sangat signifikan. Aset PLN melambung dari Rp 52 triliun menjadi Rp 202 triliun. Modal yang yang tadinya minus Rp 9,1 triliun melesat menjadi Rp 119,4 triliun.

Rizal juga pernah diangkat menjadi Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) oleh Gus Dur. Rizal dianggkat oleh Gus Dur dalam rangka menyelamatkan sektor UKM. Sebagai Ketua KSSK, Rizal langsung bergerak cepat merestrukturisasi utang UKM dengan memberi potongan utang pokok dan bunga sebesar 50 persen kepada UKM, tapi utang-utang itu harus dibayar tunai sekaligus. Dan, kebijakan ini bagaikan pembuka kran yang mampet. UKM-UKM langsung membayar utang yang berarti memberikan dampak positif bagi gairah perekonomian yang sedang lunglai. Selain itu, pembayaran utang ini juga membantu dunia perbankan dalam merampingkan angka kredit macet.

Tentu masih banyak lagi kebijakan Rizal yang bersifat "menebas" dan efektif pada masa ia menjadi pejabat penting di negeri ini. Bahkan, akibat semangat menebasnya, sebagian orang menganggap Rizal sebagai salah satu sosok yang membuat lawan politik Gus Dur begitu bernafsu melengserkan Gus Dur dari kursi kepresidenan.

Kini Rizal berada di "luar pagar". Dan memang, hanya presiden seperti Gus Dur yang mau menerima orang seperti Rizal. Di luar pun ia tetap memberikan berbagai pandangan tentang ekonomi dan industri. Salah satu pandangan kritis Rizal saat ini diarahkan kepada kebijakan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) yang ia anggap bakal merugikan masyarakat Indonesia. Di luar pula ada pandangan yang justru mendukung kebijakan ACFTA dengan berbagai alasan. Namun, melihat reputasi seorang Rizal Ramli, tampaknya pandangan Rizal tentang kebijakan ACFTA tidak boleh diabaikan begitu saja.